Meski Kota Malang menempati urutan kedua penyumbang siswa tak lulus standar ujian nasional (UN) 5,25 di Malang Raya, namun Diknas Kota Malang masih tetap bangga. Diknas beralasan, angka ketidaklulusan sebesar 12,8 persen dari total peserta UN 11.946 siswa (data 12.020 dalam berita sebelumnya adalah data nominasi peserta UN 2008), sudah memenuhi target di bawah 20 persen siswa tak lulus.
Mengapa? Kepala dinas pendidikan terlama di Kota Malang ini menegaskan, hasil UN siswa SMA/SMK di Kota Malang dianggapnya murni. Artinya, tidak ada indikasi kecurangan saat ujian SMA sederajat berlangsung minggu ketiga April lalu. Bahkan, saat dievaluasi berdasarkan keseharian siswa, potensi siswa Kota Malang selaras dengan hasil UN. ”Saya tidak menilai daerah lain tidak murni. Tapi, Kota Malang bisa dijamin seratus persen,” kata dia.
Bahkan, kata dia, sebelum UN berlangsung, Kota Malang memprediksi angka tak lulus bakal mencapai angka 20 persen. Itu karena try out serentak yang dilakukan beberapa kali hanya mampu menekan angka tak lulus 20 persen dari kondisi awal. Karena itu, prosentase tak lulus sekitar 11,8 persen untuk SMA dan 14,1 persen untuk SMK menurut Shofwan lebih dari cukup.
Disinggung soal kemerosotan prestasi akademik, Shofwan yang sudah menjabat 10 tahun lebih ini menilai tak seperti itu. Menurut dia, UN tak bisa diukur sebagai patokan prestasi akademik. Apalagi, teknis UN di daerah lain marak diwarnai kecurangan. Salah satunya keberadaan tim sukses. ”Kota Malang tidak terjadi seperti itu,” tegasnya.
Laki-laki asal Mojokerto ini menilai, para akademisi yang paham dengan pendidikan, pasti tidak akan berkomentar miring dengan hasil UN. Apalagi mereka yang tahu bahwa UN Kota Malang benar-benar murni. ”Komentarnya pasti jempolan dua,” kata Shofwan enteng.
Meski begitu, Shofwan mengaku tidak menutup mata dengan banyaknya siswa tak lulus itu. ”Kami terus berbenah,” ujar Shofwan.
Jika dilihat dari hasil ujian nasional di Kabupaten Malang, Kota Malang, dan Kota Batu, siswa asal Kota Malang menyumbangkan angka ketidaklulusan cukup tinggi. Untuk tingkat SMA dari total peserta 6.263, yang tidak lulus 737 siswa. Siswa yang lulus 5.526 siswa.
Dari 48 SMA, ada sepuluh SMA dengan angka ketidaklulusan tinggi. Masing-masing adalah SMA Islam Ma’arif (90%), SMA PGRI 6 (89,80%), SMA Nasional (97,22 %), SMAK Frateran (73,79%), dan SMA Erlangga (94,29%). Selain itu, SMAK Petra (58,33%), SMA Dharma Raya Bakti (69,23%), SMA Sriwedari (62,50%), SMA Shalahuddin (95%), dan SMA Kerta Negara (81,58%). Sementara SMA yang angka kelulusannya 100 persen adalah SMAN 1, SMAN 4, SMA Arjuna, dan SMAN 5.
Untuk SMK, jumlah peserta 5.683 dari 43 SMK negeri dan swasta. Dari jumlah itu, siswa yang tidak lulus tercatat 798 siswa dan yang lulus 4.885 siswa. Data yang ada menyebutkan, enam SMK dengan angka ketidaklulusan tinggi yakni SMK Waskita Darma (88,89%), SMK PU (44%), SMK Nusantara (77,25%), SMK Petra-YPK (94,44%), SMK Sumpah Pemuda (85,71%), dan SMK Taruna Bakti (82,61%).
SMK dengan kelulusan 100 persen adalah SMK Telkom Sandhy Putra, SMK Cor Jesu, SMK Kertha Wisata Mahardika, dan SMK Wisnuwardhana.
Sementara, untuk Kabupaten Malang, ketidaklulusan mencapai 880 siswa atau 7,8 persen dari 11.196 peserta UN 2008. Jumlah itu terdiri dari SMA 401 siswa dan SMK 479 siswa. ”Ketidaklulusan SMK dan SMA di kabupaten didominasi sekolah-sekolah swasta,” tegas Kadis Diknas Kabupaten Malang Suwandi dihubungi via telepon kemarin.
Jika dibandingkan dengan angka ketidaklulusan Kota Malang dan Kota Batu, prosesntase ketidaklulusan kabupaten sangat kecil. Apalagi jika dibandingkan dengan peserta UN 2008 yang hampir sama dengan peserta asal Kota Malang. Bahkan SMAN 1 Lawang mendapat prestasi rata-rata terbaik keempat Jatim.
Dari Kota Batu dilaporkan, angka kelulusan UN tingkat SMA/SMK sangat tinggi. Dari jumlah siswa sebanyak SMA/MA sebanyak 1.625 siswa, siswa yang tidak lulus sebanyak 393 siswa atau sekitar 24 persen.
Pantauan Radar, siswa yang tidak lulus 273 siswa tingkat SMA/MA tersebar merata. Di antaranya SMAN I Batu (5 siswa tak lulus) dan SMAN II, 42 siswa. Sementara, 120 siswa SMK yang tidak lulus tersebar di 10 SMK. Di antaranya SMKN I Batu (5 siswa), SMKN II (8 siswa), SMKN 3 (7 siswa), SMK Muhammadiyah (6 siswa), dan SMK Ma’arif (27 siswa).
Kasek SMAN I Batu Suprantiyo mengatakan, terjadinya peningkatan siswa yang tidak lulus sangat wajar. Apalagi dalam UN itu ada penambahan tiga mata pelajaran untuk setiap jurusan. Kondisi itu membuat beban siswa berlipat ganda. Ditambah lagi nilai standar kelulusan lebih tinggi dibanding tahun lalu yakni minimal 5,25. “Kebanyakan anak-anak tidak lulus karena salah satu mapelnya jeblok,” terangnya.
Kadis Diknas Kota Batu Mistin hingga kemarin tidak bisa dihubungi. Hari Sabtu, kantornya tutup. Sedang handphone-nya tidak diaktifkan.
Sumber: Malang Raya/Jawa Pos
Kadis Diknas Kota Malang Shofwan menegaskan, jika dilihat dari hasil tryout bersama SMA/SMK, diknas memprediksi angka ketidaklulusan mencapai 20 persen. ”Saat itu, kami memprediksi siswa tak lulus 20 persen saja sudah bagus,” tandas Shofwan saat dihubungi via telepon genggamnya kemarin.
Mengapa? Kepala dinas pendidikan terlama di Kota Malang ini menegaskan, hasil UN siswa SMA/SMK di Kota Malang dianggapnya murni. Artinya, tidak ada indikasi kecurangan saat ujian SMA sederajat berlangsung minggu ketiga April lalu. Bahkan, saat dievaluasi berdasarkan keseharian siswa, potensi siswa Kota Malang selaras dengan hasil UN. ”Saya tidak menilai daerah lain tidak murni. Tapi, Kota Malang bisa dijamin seratus persen,” kata dia.
Bahkan, kata dia, sebelum UN berlangsung, Kota Malang memprediksi angka tak lulus bakal mencapai angka 20 persen. Itu karena try out serentak yang dilakukan beberapa kali hanya mampu menekan angka tak lulus 20 persen dari kondisi awal. Karena itu, prosentase tak lulus sekitar 11,8 persen untuk SMA dan 14,1 persen untuk SMK menurut Shofwan lebih dari cukup.
Disinggung soal kemerosotan prestasi akademik, Shofwan yang sudah menjabat 10 tahun lebih ini menilai tak seperti itu. Menurut dia, UN tak bisa diukur sebagai patokan prestasi akademik. Apalagi, teknis UN di daerah lain marak diwarnai kecurangan. Salah satunya keberadaan tim sukses. ”Kota Malang tidak terjadi seperti itu,” tegasnya.
Laki-laki asal Mojokerto ini menilai, para akademisi yang paham dengan pendidikan, pasti tidak akan berkomentar miring dengan hasil UN. Apalagi mereka yang tahu bahwa UN Kota Malang benar-benar murni. ”Komentarnya pasti jempolan dua,” kata Shofwan enteng.
Meski begitu, Shofwan mengaku tidak menutup mata dengan banyaknya siswa tak lulus itu. ”Kami terus berbenah,” ujar Shofwan.
Jika dilihat dari hasil ujian nasional di Kabupaten Malang, Kota Malang, dan Kota Batu, siswa asal Kota Malang menyumbangkan angka ketidaklulusan cukup tinggi. Untuk tingkat SMA dari total peserta 6.263, yang tidak lulus 737 siswa. Siswa yang lulus 5.526 siswa.
Dari 48 SMA, ada sepuluh SMA dengan angka ketidaklulusan tinggi. Masing-masing adalah SMA Islam Ma’arif (90%), SMA PGRI 6 (89,80%), SMA Nasional (97,22 %), SMAK Frateran (73,79%), dan SMA Erlangga (94,29%). Selain itu, SMAK Petra (58,33%), SMA Dharma Raya Bakti (69,23%), SMA Sriwedari (62,50%), SMA Shalahuddin (95%), dan SMA Kerta Negara (81,58%). Sementara SMA yang angka kelulusannya 100 persen adalah SMAN 1, SMAN 4, SMA Arjuna, dan SMAN 5.
Untuk SMK, jumlah peserta 5.683 dari 43 SMK negeri dan swasta. Dari jumlah itu, siswa yang tidak lulus tercatat 798 siswa dan yang lulus 4.885 siswa. Data yang ada menyebutkan, enam SMK dengan angka ketidaklulusan tinggi yakni SMK Waskita Darma (88,89%), SMK PU (44%), SMK Nusantara (77,25%), SMK Petra-YPK (94,44%), SMK Sumpah Pemuda (85,71%), dan SMK Taruna Bakti (82,61%).
SMK dengan kelulusan 100 persen adalah SMK Telkom Sandhy Putra, SMK Cor Jesu, SMK Kertha Wisata Mahardika, dan SMK Wisnuwardhana.
Sementara, untuk Kabupaten Malang, ketidaklulusan mencapai 880 siswa atau 7,8 persen dari 11.196 peserta UN 2008. Jumlah itu terdiri dari SMA 401 siswa dan SMK 479 siswa. ”Ketidaklulusan SMK dan SMA di kabupaten didominasi sekolah-sekolah swasta,” tegas Kadis Diknas Kabupaten Malang Suwandi dihubungi via telepon kemarin.
Jika dibandingkan dengan angka ketidaklulusan Kota Malang dan Kota Batu, prosesntase ketidaklulusan kabupaten sangat kecil. Apalagi jika dibandingkan dengan peserta UN 2008 yang hampir sama dengan peserta asal Kota Malang. Bahkan SMAN 1 Lawang mendapat prestasi rata-rata terbaik keempat Jatim.
Dari Kota Batu dilaporkan, angka kelulusan UN tingkat SMA/SMK sangat tinggi. Dari jumlah siswa sebanyak SMA/MA sebanyak 1.625 siswa, siswa yang tidak lulus sebanyak 393 siswa atau sekitar 24 persen.
Pantauan Radar, siswa yang tidak lulus 273 siswa tingkat SMA/MA tersebar merata. Di antaranya SMAN I Batu (5 siswa tak lulus) dan SMAN II, 42 siswa. Sementara, 120 siswa SMK yang tidak lulus tersebar di 10 SMK. Di antaranya SMKN I Batu (5 siswa), SMKN II (8 siswa), SMKN 3 (7 siswa), SMK Muhammadiyah (6 siswa), dan SMK Ma’arif (27 siswa).
Kasek SMAN I Batu Suprantiyo mengatakan, terjadinya peningkatan siswa yang tidak lulus sangat wajar. Apalagi dalam UN itu ada penambahan tiga mata pelajaran untuk setiap jurusan. Kondisi itu membuat beban siswa berlipat ganda. Ditambah lagi nilai standar kelulusan lebih tinggi dibanding tahun lalu yakni minimal 5,25. “Kebanyakan anak-anak tidak lulus karena salah satu mapelnya jeblok,” terangnya.
Kadis Diknas Kota Batu Mistin hingga kemarin tidak bisa dihubungi. Hari Sabtu, kantornya tutup. Sedang handphone-nya tidak diaktifkan.
Sumber: Malang Raya/Jawa Pos
0 komentar:
Posting Komentar